Siapa Putri Junjung Buih? Dalam Hikayat Banjar ia dikenal sebagai suami Pangeran Suryanata. Konon, Putri Junjung Buih adalah raja putri pertama di Kalimantan (Kerajaan Negara Dipa). Menurut silsilah raja-raja Banjar versi legenda daerah, Putri Junjung Buih adalah anak Nabi Khaidir. Sementara sang suami, Pangeran Suryanata adalah anak Raja Agung Iskandar Zulkarnain (Alaxander the Great, raja Makedonia).
Versi cerita rakyat, kemunculan Putri Junjung Buih ke dunia pun bak dongeng. Ia ditemukan dan muncul dari atas buih melalui hasil pertapaan Lambung Mangkurat, Patih Kerajaaan Negara Dipa. Dari kejadian inilah lalu ia mendapat nama Putri Junjung Buih. Masyarakat di Desa Balukung, Kecamatan Bakumpai, Kabupaten Barito Kuala mempercayai ulakan (pusaran air) di daerah mereka adalah merupakan tempat kemunculan sang putri.
Versi yang lebih mudah dicerna akal diungkapkan oleh Anggraini Antemas dalam bukunya “Orang-orang Terkemuka dalam Sedjarah Kalimantan. Ia menyebutkan ratu berparas cantik dan sewaktu kecil bernama Galuh Cipta Sari ini lahir di suatu kampung bernama Bangkiling, Kabapaten Tabalong.
“Masih gelap sebenarnya asal usul sejarah kelahiran putri ini. Tiada diketahui tahun kelahirannya dan siapa orangtuanya,” demikian Anggraini. Ia memperkirakan Junjung Buih lahir sekitar tahun 1280.
Junjung Buih dipelihara oleh nenek tua bernama Ning Bangkiling. Semasa kanak-kanak ia mempunyai saudara angkat namanya Indung Sijarang dan Pujung, putri dan putra Ning Bangkiling.
Ketiga orang anak ini kemudian dibawa oleh orangtuanya dari Kampung Bangkiling ke pedusunan Balangan yang terletak di lembah gunung Batu Piring. Gunung Batu Piring tak berapa jauh dari Paringin, ibukota Balangan. Di sinilah mereka dibesarkan.
Pada suatu hari ketika Galuh Cipta Sari sedang mandi dan mencuci di Sungai Balangan, tiba-tiba ia tergelincir dan terjatuh ke dalam air. Ia hanyut dan dibawa arus. Lambung Mangkurat yang sedang bersemedi untuk mencari seorang raja akhirnya menemukan gadis yang hanyut terbawa arus itu. Ketika ditemukan oleh Lambung Mangkurat, Galuh Cipta Sari terapung-apung di sungai, diselubungi oleh buih besar.
Ada beberapa permintaan dan syarat yang harus dipenuhi oleh Lambung Mangkurat sebelum ia boleh membawa putri tersebut ke darat. Antara lain: Galuh Cipta Sari minta dibuatkan mahligai yang tiang utamanya dari batung batulis (bambu bersurat), kain langgundi yang ditenun oleh 40 dara di Candi.
Setelah segala permintaannya dipenuhi, Galuh Cipta Sari bersedia dibawa Lambung Mangkurat ke keraton Negara Dipa. Galuh Cipta Sari kemudian dinobatkan menjadi raja, sesuai amanat almarhum ayah Lambung Mangkurat. Namanya diubah menjadi Putri Jung Buih yang artinya putri tersebut ditemukan di dalam sebuah buih raksasa.
Referensi:
[1] Aly. Siapa Putri Junjung Buih. http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/siapa-putri-junjung-buih.html. [last accessed: 12-02-2014 09:43 AM]
Legenda Putri Junjung Buih
personearones
Rabu, Februari 12, 20142 minute read
0
share
Tags
earones
seorang blogger, pengembang perangkat lunak (software developer), dan pecinta dunia IT yang selalu antusias dengan perkembangan teknologi terbaru. Saya juga bekerja sebagai pelayan publik (public servant) dan berpengalaman sebagai full stack developer, mengelola berbagai proyek dari sisi front-end hingga back-end.
Selain dunia teknologi dan menulis, saya memiliki hobi di luar layar, yaitu berpetualang di jalan dengan sepeda motor sebagai seorang biker. Hobi ini memberikan keseimbangan sempurna antara dunia digital yang dinamis dan momen kebebasan di jalan terbuka.
Blog ini adalah tempat saya berbagi wawasan, pengalaman, dan ide seputar teknologi, pengembangan perangkat lunak, dan kehidupan sehari-hari yang menginspirasi. Terima kasih telah berkunjung, dan jangan ragu untuk meninggalkan komentar atau berdiskusi di setiap artikel.
You Might Like
Tampilkan selengkapnyanusantara