Teringat waktu kuliah di kampus "Sang Gajah", salah satu dosen favorit saya memperkenalkan gaya presentasi ala Zen (presentation zen). Waktu itu kurang begitu mengerti karena aliran ini tergolong baru. Tapi satu hal yang terlihat bahwa design presentasi (powerpoint) yang dibawakan terlihat sangat sederhana (simple). Berbeda dengan buatan para mahasiswa atau pekerja kantoran yang mendesign sedemikian rupa dengan berbagai macam bumbu dan efek-efek yang "wow" untuk memukau dosen atau atasan biar dibilang mumpuni ilmu presentasinya :)
Dosen saya itu selain penganut aliran zen dalam presentasinya, juga "mengawinkan" gaya zen tadi dengan gaya "ngelawak sambil berdiri" atau stand-up comedy. Berbeda dengan Steve Jobs (alm) yang memang salah satu penganut presentation zen, tapi do'i selalu serius dan bersemangat dalam membawakan presentasinya, dosen saya terkesan santai dan terkadang membuat terpingkal-pingkal. Wajar saja kalau mata kuliah beliau itu selalu dipenuhi sesak oleh para mahasiswa, sampai-sampai harus mengambil kursi tambahan di ruangan yang tidak terpakai.
Kembali ke pembahasan presentation zen, sebenarnya saya kurang yakin secara pasti, siapa sebenarnya yang layak disebut sebagai bapak presentasi zen ini, akan tetapi yang menulis mengenai presentasi zen ini adalah Garr Reynolds yang sekitar tahun 2009 menulis buku Presentation Zen: Simple Ideas on Presentation Design and Delivery sampai edisi ke 2 di tahun 2011. Jadi bisa jadi kalau pelopor dari penggunaan presentasi zen ini adalah Garr Reynolds.
Bermula dari banyak pertanyaan yang berasal dari teman dan klien Garr Reynolds mengenai, bagaimana presentasi atau design presentasi yang bagus atau hebat. Menurut Garr Reynolds membuat design presentasi adalah bukan perkara bagus atau tidak bagus, atau perkara benar atau salah suatu presentasi, tetapi jawaban yang benar adalah semuanya itu "tergantung".
Design presentasi tergantung pada konteks yang akan dibawakan, apakah cocok atau tidak cocok, layak atau tidak layak. Dan tanpa pengetahuan yang baik terhadap tempat, dan sikon serta segala hal terkait konteks yang akan disajikan, mustahil kita bisa mengatakan bahwa design presentasi tersebut layak atau tidak layak.
Sederhana tapi jangan terlalu sederhana (simple but not simplistic)
Bingung kan? saya aja bingung nyari padanan Bahasa Indonesia. Tapi memang itu motto yang dipakai oleh para penganut aliran zen. Dalam bahasa Inggris memang jelas kalau simple itu mengacu kepada suatu hal yang easy and uncomplicated, sedangkan simplistic itu diartikan sebagai overly simple (terlalu sederhana). Mungkin jika dikaitkan dengan kehidupan, orang boleh hidup sederhana akan tetapi jangan sampai serba kekurangan, itu masuk kategori melarat.
Penerapan kesederhanaan pada design presentasi Garr Reynolds ini terinspirasi oleh Robert Linssen si penulis buku "Living Zen". Memang Robert Linssen tidak secara eksplisit membicarakan desain presentasi yang sederhana, akan tetapi menurut Garr Reynolds kesederhanaan dapat diterapkan di semua aspek kehidupan manusia termasuk design presentasi.
Untuk lebih memahami mengenai presentation zen, cobalah main-main ke situs blog nya Garr Reynolds (ada di referensi), disitu diberikan contoh bagaimana mendesign tampilan presentasi secara simple but not simplistic.
(beribu terima kasih, saya haturkan kepada Dosen Keamanan Jaringan STEI-ITB, Bpk. Budi Rahardjo, yang telah memperkenalkan saya dengan Presentation Zen)
Referensi:
http://presentationzen.blogs.com/presentationzen/2005/09/whats_good_powe.html
No comments:
Post a Comment