Beberapa minggu lalu saya mendapat tugas dari kantor saya di Palangkaraya ke Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Biasa, urusan birokrasi sama instansi yang satu itu memang selalu bertele-tele kalau jarak jauh. Dan kita sebagai pihak yang membutuhkan terkadang harus mengalah untuk "sowan" dan membuatnya simple dengan beberapa lembar rupiah. Tapi disini saya nggak mau cerita masalah kerjaan. Karena setelah seharian dipusingkan masalah kerjaan, malam hari ngeblog adalah waktu bersenang-senang :)
Setelah urusan selesai walaupun harus menelan pil pahit, saya ditelepon teman yang sedang mengantar tamu melalui Banjarmasin. Waktu itu kabut asap di Palangkaraya sedang lucu-lucunya dan menggemaskan beberapa pihak. Saking gemasnya maskapai penerbangan yang ada di Kota Cantik itu tidak ada yang beroperasi (nggak ada hubungannya ya?). Teman saya mengajak untuk pulang bareng ke Palangkaraya.
Singkat kata saya dijemput dari Banjarbaru dan dikarenakan hari menjelang malam kami memutuskan menginap di salah satu Hotel Transit di Banjarmasin. Kami tidak berani berjalan malam hari karena petuah orang tua Banjar jangan jalan malam hari, takut menabrak babi ...... babinian (perempuan, Bahasa Banjar - red). Hotel Transit yang kami singgahi adalah Hotel Sabr*na (sengaja saya samarkan nama hotelnya) terletak di Jalan Pasar Besar dan di samping Mess salah satu bank (tidak saya sebutkan nama bank-nya, takut disangka iklan) tidak terlalu besar, untuk fasilitas yang double bed dan ber-AC dipatok 250ribu per malam. Saya memilih yang berada di lantai bawah, sedangkan teman saya memilih yang di lantai tiga.
Perasaan aneh bin ganjil yang pertama saya rasakan adalah pada saat pertama menerima kunci kamar. Kunci kamar itu sebelumnya bernomor 15, tapi diganti secara manual dengan tip-ex dan spidol menjadi 03. Namun karena kurang rapi sepintas terbaca menjadi kamar 13. Deng... deng... deng.... kok angka 13, ada kesepakatan secara internasional yang menganggap ini adalah angka sial. Untungnya saya berprinsip mengikuti nabi saya bahwa tidak ada angka yg sial. Kalau anda mengalami kesialan itu adalah akibat usaha anda sendiri atau memang nasibnya lagi apes. Tapi memandang kunci itu sedikitnya membuat saya menelan ludah. Tidak seperti menelan ludah waktu nonton goyang dribble ala Duo Serigala, tapi lebih seperti menelan ludah waktu membuka bab pertama novel goosebumps.
Di kamar, saya memperhatikan letak ranjang, di ranjang ke dua yang agak dekat kamar mandi ada AC pas berada di kepala. Saya tidak terlalu suka dingin, apalagi membayangkan saat tidur malam hari memang udaranya dingin ditambah AC dan hawa dari kamar mandi. Akhirnya saya memutuskan untuk tidur di ranjang satunya.
Sekilas saya perhatikan kamar saya rupanya dibawah tangga. Bagian bawah tangga tepat berada di sebelah kanan tempat tidur saya.
Kebiasaan saya jika tidur sendirian di kamar hotel adalah menonton film, atau acara fashion tv di tv kabel, sampai saya tidur. Biarin aja tuh tv nyala semalaman, pan kita bayar. Tapi kebetulan malam itu acara di salah satu stasiun tv (saya sengaja tidak menuliskan bahwa stasiun tv yang saya tonton adalah SCTV) sedang menayangkan stand-up comedy. Tapi tiba-tiba terlintas difikiran saya untuk memanfaat fasilitas wi-fi hotel untuk mengunduh film yang sudah lama dipesan mama chayank, yaitu Surga Yang Tak Dirindukan. Semangat nyariin nih filmnya :)
Setelah mengeluarkan laptop dari tas dan memghidupkan, ternyata sinyal wifi dari lokasi ranjang saya agak kurang mumpuni. Putus nyambung - putus nyambung gitu kayak Raffi Ahmad sama Laudya Cintya Bella. Akhirnya saya menuju jendela dekat pintu masuk yang memang dekat dengan lobby. Tapi....... sh*t, ada bayangan putih berkelebat dari sebelah kiri ke kanan dan hilang di tembok yang ada tangganya. Spontan bulu kuduk dan bulu saya lainnya berdiri. Ini, saya nulis cerita ini pun saya sambil merinding disco, suerrr. Tapi saya gak mau lama-lama, terkesima sama fenomena-fenomena seperti itu. Sudah sering saya ngalami hal-hal aneh di kamar hotel. Dulu sewaktu tugas di Jakarta, sering konsinyering di hotel dan mengalami berbagai pengalaman supranatural. Saya menganggapnya sama-sama makhluk tuhan. Asalkan tidak saling mengganggu, mari kita sama-sama (tidur sama-sama? Ogah).
Setelah kejadian sekejap itu, saya tidak terlalu ambil pusing. Saya membawa laptop saya mendekati pintu. Tapi ya sama saja, sinyal wifi-nya jelek kalau di kamar, sementara mau ke lobby pun malas sudah malam. Akhirnya saya menikmati stand-up comedy sampai saya tertidur.
Cruuttt... crutttt.... saya sontak terbangun. Muka saya seperti ada yang menyemprot. Saya celingukan ke atas tidak binatang seperti kucing atau anjing di langit-langit kamar saya. Sempat berfikir juga bahwa itu adalah air cipratan AC, tapi saya menafikan hal itu, karena letak AC persis berada di kepala ranjang sebelah saya, jika mengeluarkan air pasti jatuh ke ranjang itu dan ada jejaknya. Sementara jarak antara ranjang saya dan satunya sekitar satu meteran dipisahkan oleh meja kecil tempat lampu tidur.
Saya teringat kejadian sebelum ada tidur, penghuni kamar ini mencoba memperkenalkan diri kepada saya. Dan saya cuek. Tapi ini saya lagi tidur, malah saya dikencingi.
"Aasseemmm..." gerutu saya dalam hati. "Coba kamu ngencingi saya waktu saya tidak tidur, saya sogok kamu pakai tongsis", maki saya.
No comments:
Post a Comment